ANALSIS
KESALAHAN BAHASA
Makalah
ini guna untuk memenuhi tugas
Mata kuliah :Analisis Kesalahan Bahasa
Dosen Pengapu :SRI WAHYUNI, M.Pd
DISUSUN
Oleh:
Nama :Alfiyatur Rohmaniah
Nim :412110034
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVRSITAS
ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN
2013
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat taufiq dan hidayah Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa”
Tujuan
dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliyah Analisis
Kesalahan Bahasa, sebagai mahasiswa FKIP UNISSULA Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia tahun 2011.
Kami sangat menyadari bahwa tak ada
gading yang tak retak. Tentu dalam penulisan karya tulis ini masih ada banyak
kekurangan. Demi kesempurnaaan karya tulis ini penulis bersedia menerima
kritikan dan saran dari semua pihak. Akan tetapi kami berharap agar karya tulis
ini bermanfaat bagi pembaca.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
“Pergunakanlah
bahasa Indonesia yang baik dan benar!”Ungkapan itu sudah klise sebab kita sudah
sering mendengar ataupun membacanya, bahkan membicarakan dan menuliskan
ungkapan tersebut. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi oleh manusia.
Adanya bahasa terjadi karena interaksi dengan lawan bicara. Namun tidak setiap
orang bisa berinteraksi secara begitu saja terkadang orang melakukan kesalahan
dalam berbahasa tapi tidak disadari bahwa hal tersebut yang diucapkan (lisan).
Kesalahan yang terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh seseroang dan
sekelompok orang terkadang di latar belakangi karena suku etnis, suku dan
sebagainya, sehingga dalam mengucapkan kata atau kelimat bahasa Indonesia yang
dijadikan bahasa kesatuan itu masih kental dengan bahasa kebiasaan dalam satu
suku.
Kesalahan yang terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh seseroang dan sekelompok orang terkadang di latar belakangi karena suku etnis, suku dan sebagainya, sehingga dalam mengucapkan kata atau kelimat bahasa Indonesia yang dijadikan bahasa kesatuan masih kental dengan bahasa kebiasaan dalam satu suku yang ditempatnya.
Kalau kita melihat iklan yang ada di Televisi, majalah, surat kabar, baleho dan peraturan lalu lintas yang ada di sekitar kita sering mengalami kesalahan.
Kesalahan yang terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh seseroang dan sekelompok orang terkadang di latar belakangi karena suku etnis, suku dan sebagainya, sehingga dalam mengucapkan kata atau kelimat bahasa Indonesia yang dijadikan bahasa kesatuan masih kental dengan bahasa kebiasaan dalam satu suku yang ditempatnya.
Kalau kita melihat iklan yang ada di Televisi, majalah, surat kabar, baleho dan peraturan lalu lintas yang ada di sekitar kita sering mengalami kesalahan.
Maka
dari itu penulis, ingin mencoba menyusun makalah yang berjudul "analisis
kesalahan berbahasa" dengan tujuan melengkapi tugas matakuliah bahasa
indonesia dan untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh
seseorang ketika mempromosikan prodaknya dan iklan yang di pasang disekitar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana yang dimaksud dengan kesalahan
berbahasa.
1.2.2
Apa saja yang menjadi komponen-komponen analisis
kesalahan berbahaa
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui definisi tentang
kesalahan berbahasa.
1.3.2
Untuk mengeahui berbagai komponen analisis kesalahan
berbahasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
definisi Kesalahan Berbahasa
Sekarang
“Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa Indonesia?” Apabila kesalahan berbahasa
itu dihubungkan dengan pernyataan atau semboyan “Pergunakanlah bahasa Indonesia
yang baik dan benar,” ada 2 (dua) parameter atau tolok ukur kesalahan dalam
berbahasa Indonesia. Pertama, pergunakanlah bahasa Indonesia Kesalahan
berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti
bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan
pengajaran bahasa. yang baik. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia yang baik
adalah penggunaan bahasa sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Inilah faktor-faktor
penentu dalam komunikasi, antara lain:
1)
siapa yang berbahasa dengan siapa;
2)
untuk tujuan apa;
Analisis
Kesalahan Berbahasa
Drs.
Dian Indihadi, M.Pd. 5
3)
dalam situasi apa (tempat dan waktu);
4)
dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan dan suasana);
5)
dengan jalur mana (lisan atau tulisan);
6)
dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, koran, buku, media
komunikasi
lain: Hp, Internet);
7)
dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan,
pelaporan,
pengungkapan perasaan).
Kedua, pergunakanlah
bahasa Indonesia yang benar. Parameter inimengacu kepada penaatasasan terhadap
kaidah-kaidah atau aturan kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kedua
parameter tersebut, yakni: faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah
kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Berarti, penggunaan bahasa
Indonesia yang berada di luar faktor-faktor penentu komunikasi bukan bahasa
Indonesia yang benar dan berada di luar kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa
Indonesia bukan bahasa Indonesia yang baik. Oleh karena itu, kesalahan
berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia, secara lisan maupun
tertulis, yang berada di luar atau menyimpang dari faktor -faktor komunikasi
dan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia (Tarigan, 1997).
Menurut Tarigan (1997), ada dua istilah yang saling
bersinonim (memiliki makna yang kurang lebih sama), kesalahan (error)
dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa kedua. Kesalahan
berbahasa adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang
berlaku dalam bahasa itu. Sementara itu kekeliruan adalah penggunaan bahasa
yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun tidak
dipandang sebagai suatu pelanggaran berbahasa. Kekeliruan terjadi pada anak
(siswa) yang sedang belajar bahasa. Kekeliruan berbahasa cenderung diabaikan
dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya tidak acak, individual,
tidak sistematis, dan tidak permanen (bersifat sementara). Jadi, analisis kesalahan
berbahasa difokuskan pada kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah
bahasa yang berlaku dalam bahasa itu.
Untuk
membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake), menurut
Tarigan (1997) seperti disajikan dalam tabel berikut.
Perbandingan
antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa Kategori Sudut Pandang Kesalahan
Berbahasa Kekeliruan Berbahasa
1.
Sumber Kompetensi Performasi
2.
Sifat Sistematis, berlaku secara umum
Acak,
tidak sistematis, secara individual
3.
Durasi Permanen Temporer/sementara
4.
Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai
5.
Produk Penyimpangan kaidah bahasa Penyimpangan kaidah bahasa
6.
Solusi Dibantu oleh guru melalui latihan pengajar remedial
Diri
sendiri (siswa): mawas diri, pemusatan perhatian
Berdasarkan
uraian tersebut, anda sudah mengetahui pengertian kesalahan berbahasa. Anda juga
dapat membatasi perbedaan kesalahan berbahasa dengan kekeliruan berbahasa serta
bagaimana bersikap terhadap hal tersebut. Untuk bahasa Indonesia, ada dua
parameter yang dapat digunakan untuk menentukan atau mengukur penyimpangan
bahasa. Selanjutnya, anda akan mempelajari kategori (jenis) kesalahan dalam
berbahasa. Untuk itu, anda dapat melanjutkan pada sajian.
2.2
Komponen – komponen
Untuk
mengetahui perihal analisis kesalahan berbahasa, kita dapat mempelajari
sejumlah komponen analisis itu. Berdasarkan komponen bahasa, kesalahan
berbahasa dikomponenkan menjadi kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi,
morfologi, sintaksis, dan leksikal.
2.2.1 Kesalahan Fonologi
Kesalahan
berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi pertama-tama dipandang dari
penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua
sudut pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar
kesalahan berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan.
Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan
berbahasa itu dalam bahasa tulis. Ada kesalahan berbahasa karena perubahan
pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan
penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa
dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong
menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
1)
Kesalahan Ucapan
Kesalahan
ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku
atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
Contoh:
Contoh:
enam menjadi
enem
saudara
menjadi sodara
telur
menjadi telor
alasan
menjadi alesan
hilang
menjadi ilang
2) Kesalahan Ejaan
Kesalahan
ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam menggunakan tanda
baca.
Contoh:
Tuhan Yang
Mahakuasa ditulis Tuhan Yang Maha
Kuasa
Mengetengahkan
ditulis mengketengahkan
Mempertanggungjawabkan
ditulis mempertanggung jawabkan.
2.2.2 Kesalahan Morfologi
Kesalahan
berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis.
Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan
bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu
dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai
hal. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok
afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
1) Kesalahan
Berbahasa pada Afiksasi
Kesalahan ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal berikut:
a) Pertama, kesalahan berbahasa karena salah
menentukan bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau, lola, lanjur, lunjur
dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau,
kelola, anjur, unjur.
b) Kedua, fonem yang seharusnya luluh dalam
proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata terjemah dan
tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem meN-.
Dalam kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga
terbentuk kata kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian
seharusnya menerjemahkan dan menumis.
c) Ketiga, fonem yang seharusnya tidak luluh
dalam proses afiksasi justru diluluhkan. Misalnya Fonem /f/ dalam kata fitnah,
seharusnya menjadi memfitnah bukan memitnah.
d) Keempat, penyingkatan morfem men-, meny-,
meng-, dan menge- menjadi n-, ny-, ng-, dan nge-. Dalam penggunaan bahasa,
mungkin karena pengaruh bahasa daerah, morfem men-, meny-, meng-, dan menge-
disingkat menjadi n-, ny-, ng-, dan nge- dalam pembentukan kata kerja. Hal ini
tentu menimbulkan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.
Contoh:
Men- + tatap menjadi natap, seharusnya menatap.
Meny- + sapu menjadi nyapu, seharusnya menyapu.
Meng- + ajar menjadi ngajar, seharusnya mengajar.
Meng- + bor menjadi ngebor, seharusnya mengebor.
2) Kesalahan
Berbahasa pada Reduplikasi
Kesalahan ini disebabkan oleh
hal-hal berikut:
a) Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam
menentukan bentuk dasar yang diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi
diulang menjadi mengemas-kemasi yang seharusnya mengemas-ngemasi.
b) Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk
dasar yang diulang seluruhnya hanya sebahagian yang diulangi. Misalnya bentuk
gramatik kaki tangan diulang menjadi kaki-kaki tangan yang seharusnya diulang
seluruhnya, yakni kaki tangan-kaki tangan.
c) Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena
menghindari perulangan yang terlalu panjang. Misalnya bentuk gramatik orang tua
bijaksana diulang hanya sebahagian yakni, orang-orang tua bijaksana. Seharusnya
perulangannya penuh, yakni orang tua bijaksana-orang tua bijaksana.
3) Kesalahan
Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk
Kesalahan berbahasa terjadi
dalam penggabungan sebagai berikut:
a) Pertama, gabungan kata yang seharusnya serangkai
dituliskan tidak serangkai. Kata majemuk yang ditulis serangkai ini dapat
dikenali dengan salah satu unsurnya. Unsur-unsur seperti anti, antar, ekstra,
infra, inter, baku, supra dan lain-lain, merupakan tanda bahwa paduan kata
dengan kata tersebut di atas adalah kata majemuk yang ditulis serangkai.
Misalnya antikarat, antaruniversitas, ekstrakulikuler, infrastruktur,
internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya.
b) Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena kata
majemuk yang seharusnya ditulis terpisah, sebaliknya ditulis bersatu. Misalnya
kata majemuk yang ditulis bersatu ini rumahsakit, tatabahasa, dan matapelajaran
seharusnya ditulis terpisah seperti berikut rumah sakit, tata bahasa, dan mata
pelajaran.
c) Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena kata
majemuk yang sudah berpadu jika diulang, maka seluruhnya harus diulang. Ternyata
dalam penggunaan bahasa hanya sebahagian yang diulang. Misalnya, segi-segitiga,
mata-matahari, dan bumi-bumi putra dituliskan secara lengkap menjadi
segitiga-segitiga, matahari-matahari, dan bumi putra-bumi putra.
d) Keempat, kesalahan berbahasa terjadi karena proses
prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan penulisan kata majemuk yang belum
padu. Misalnya proses afiksasi ber- pada kata majemuk bertanggungjawab
seharusnya ditulis bertanggung jawab.
2.2.3
Kesalahan Sintaksis
Kesalahan
sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau
kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata,
kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
1) Kesalahan
pada Bidang Frase
Kesalahan
berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa,
antara lain sebagai berikut:
a) Pengunaan kata depan tidak tepat.
Contoh:
di masa itu seharusnya - pada masa itu
di waktu itu - pada waktu itu
b) Penyusunan frasa yang salah struktur.
Contoh:
belajar sudah seharusnya - sudah belajar
habis sudah - sudah habis
c) Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)
Contoh:
guru yang profesional seharusnya - guru profesional
anak yang saleh seharusnya - anak saleh
d) Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)
Contoh:
gadis dari Bali seharusnya - gadis Bali
cerita tentang anak jalanan - cerita anak jalanan
e) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)
Contoh: buku kepunyaan Ani
seharusnya menjadi buku Ani.
2) Kesalahan
bidang klausa
Kesalahan
berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa
terjadi adanya penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam
klausa aktif. Contoh: Rakyat mencintai akan pemimpin yang jujur. Seharusnya
kalimat tersebut menjadi rakyat mencintai pemimpin yang jujur.
3) Kesalahan
bidang Kalimat
Kesalahan
yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara
lain sebagai berikut:
a) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah.
Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari menerapkan
struktur bahasa daerah. Seperti Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut
terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat
diperbaiki menjadi: Amin pergi ke rumah Rudi.
b) Penggunaan kalimat yang tidak logis. Contoh: Buku itu
membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak
logis karena tidak mungkin bukumempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu
pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadiDalam
buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Atau
Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan diSekolah Dasar.
c) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur
bahasa asing. Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang
lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan
di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh
bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana,
dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia. Contoh:Rumah di mana dia
bermalam, dekat dari pasar. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi rumah tempat
dia bermalam, dekat dari pasar.
2.2.4
Kesalahan Leksikon
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:902), leksikon adalah kosakata. Dengan
demikian, kesalahan leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa kata,
pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim
digunakan dalam bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa
yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis
kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Tarigan mengemukakan
kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik adalah seperti
berikut:
1) Adanya Penerapan Gejala
Hiperkorek
Gejala
hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan lagi dan
akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya,
padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat
‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’.
Contoh dalam kalimat:
Kita harus mengikuti syarat itu.
Perahu itu sarat muatan.
2) Gejala Pleonasme
Yang
dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara
berlebihan.
Contoh:
Lukisanmu sangat indah
sekali. Seharusnya Lukisanmu sangat indah atau indah sekali.
Dia bekerja demi untuk
keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.
BAB III
PENUTUPAN
3.1
Simpulan
Kesalahan
berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti
bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan
pengajaran bahasa.
Berdasarkan
komponen bahasa, kesalahan berbahasa dikomponenkan menjadi kesalahan yang
terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal.
1) Kesalahan yang
terjadi pada tataran fonologi karena adanya perubahan pengucapan fonem,
penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok
kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi
dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem
tunggal.
2) Kesalahan berbahasa pada
tataran morfologi dapat dikelompokkan menjadi kesalahan berbahasa pada
afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
3) Kesalahan sintaksis
adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat, serta
ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat
menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika
kalimat.
4) Kesalahan pada
tataran leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa kata, pemakaian
kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam
bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna atau struktur makna.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus