Rabu, 13 November 2013

MAKALAH ANAKES








ANALSIS KESALAHAN BAHASA
Makalah ini guna untuk memenuhi tugas

 Mata kuliah                               :Analisis Kesalahan Bahasa
Dosen Pengapu                         :SRI WAHYUNI, M.Pd
DISUSUN Oleh:
Nama               :Alfiyatur Rohmaniah
 Nim                            :412110034






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVRSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2013



PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat taufiq dan hidayah Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang  berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa”
            Tujuan dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliyah Analisis Kesalahan Bahasa, sebagai mahasiswa FKIP UNISSULA Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2011.
            Kami sangat menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Tentu dalam penulisan karya tulis ini masih ada banyak kekurangan. Demi kesempurnaaan karya tulis ini penulis bersedia menerima kritikan dan saran dari semua pihak. Akan tetapi kami berharap agar karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.


















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
“Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar!”Ungkapan itu sudah klise sebab kita sudah sering mendengar ataupun membacanya, bahkan membicarakan dan menuliskan ungkapan tersebut. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi oleh manusia. Adanya bahasa terjadi karena interaksi dengan lawan bicara. Namun tidak setiap orang bisa berinteraksi secara begitu saja terkadang orang melakukan kesalahan dalam berbahasa tapi tidak disadari bahwa hal tersebut yang diucapkan (lisan). Kesalahan yang terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh seseroang dan sekelompok orang terkadang di latar belakangi karena suku etnis, suku dan sebagainya, sehingga dalam mengucapkan kata atau kelimat bahasa Indonesia yang dijadikan bahasa kesatuan itu masih kental dengan bahasa kebiasaan dalam satu suku.
Kesalahan yang terkadang atau bahkan sering dilakukan oleh seseroang dan sekelompok orang terkadang di latar belakangi karena suku etnis, suku dan sebagainya, sehingga dalam mengucapkan kata atau kelimat bahasa Indonesia yang dijadikan bahasa kesatuan masih kental dengan bahasa kebiasaan dalam satu suku yang ditempatnya.
Kalau kita melihat iklan yang ada di Televisi, majalah, surat kabar, baleho dan peraturan lalu lintas yang ada di sekitar kita sering mengalami kesalahan.
Maka dari itu penulis, ingin mencoba menyusun makalah yang berjudul "analisis kesalahan berbahasa" dengan tujuan melengkapi tugas matakuliah bahasa indonesia dan untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh seseorang ketika mempromosikan prodaknya dan iklan yang di pasang disekitar.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa.
1.2.2        Apa saja yang menjadi komponen-komponen analisis kesalahan berbahaa
1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui definisi tentang kesalahan berbahasa.
1.3.2        Untuk mengeahui berbagai komponen analisis kesalahan berbahasa.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 definisi Kesalahan Berbahasa
Sekarang “Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa Indonesia?” Apabila kesalahan berbahasa itu dihubungkan dengan pernyataan atau semboyan “Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar,” ada 2 (dua) parameter atau tolok ukur kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Pertama, pergunakanlah bahasa Indonesia Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan pengajaran bahasa. yang baik. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan bahasa sesuai dengan faktor-faktor penentu   dalam komunikasi. Inilah faktor-faktor penentu dalam komunikasi, antara lain:
1) siapa yang berbahasa dengan siapa;
2) untuk tujuan apa;
Analisis Kesalahan Berbahasa
Drs. Dian Indihadi, M.Pd. 5
3) dalam situasi apa (tempat dan waktu);
4) dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan dan suasana);
5) dengan jalur mana (lisan atau tulisan);
6) dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, koran, buku, media
komunikasi lain: Hp, Internet);
7) dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan,
pelaporan, pengungkapan perasaan).
Kedua, pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Parameter inimengacu kepada penaatasasan terhadap kaidah-kaidah atau aturan kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan kedua parameter tersebut, yakni: faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Berarti, penggunaan bahasa Indonesia yang berada di luar faktor-faktor penentu komunikasi bukan bahasa Indonesia yang benar dan berada di luar kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan bahasa Indonesia yang baik. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia, secara lisan maupun tertulis, yang berada di luar atau menyimpang dari faktor -faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia (Tarigan, 1997).
Menurut Tarigan (1997), ada dua istilah yang saling bersinonim (memiliki makna yang kurang lebih sama), kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa kedua. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Sementara itu kekeliruan adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun tidak dipandang sebagai suatu pelanggaran berbahasa. Kekeliruan terjadi pada anak (siswa) yang sedang belajar bahasa. Kekeliruan berbahasa cenderung diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena sifatnya tidak acak, individual, tidak sistematis, dan tidak permanen (bersifat sementara). Jadi, analisis kesalahan berbahasa difokuskan pada kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu.
Untuk membedakan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake), menurut Tarigan (1997) seperti disajikan dalam tabel berikut.
Perbandingan antara Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa Kategori Sudut Pandang Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa
1. Sumber Kompetensi Performasi
2. Sifat Sistematis, berlaku secara umum
Acak, tidak sistematis, secara individual
3. Durasi Permanen Temporer/sementara
4. Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai
5. Produk Penyimpangan kaidah bahasa Penyimpangan kaidah bahasa
6. Solusi Dibantu oleh guru melalui latihan pengajar remedial
Diri sendiri (siswa): mawas diri, pemusatan perhatian
Berdasarkan uraian tersebut, anda sudah mengetahui pengertian kesalahan berbahasa. Anda juga dapat membatasi perbedaan kesalahan berbahasa dengan kekeliruan berbahasa serta bagaimana bersikap terhadap hal tersebut. Untuk bahasa Indonesia, ada dua parameter yang dapat digunakan untuk menentukan atau mengukur penyimpangan bahasa. Selanjutnya, anda akan mempelajari kategori (jenis) kesalahan dalam berbahasa. Untuk itu, anda dapat melanjutkan pada sajian.
2.2 Komponen – komponen
Untuk mengetahui perihal analisis kesalahan berbahasa, kita dapat mempelajari sejumlah komponen analisis itu. Berdasarkan komponen bahasa, kesalahan berbahasa dikomponenkan menjadi kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal.

2.2.1 Kesalahan Fonologi
Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi pertama-tama dipandang dari penggunaan bahasa secara lisan maupun secara tulisan. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu ditemukan aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia di bidang fonologi berkaitan dengan pengucapan. Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Ada kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal. 
1)      Kesalahan Ucapan 
Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.        
Contoh: 
    enam menjadi enem
    saudara menjadi sodara
    telur menjadi telor 
    alasan menjadi alesan 
    hilang menjadi ilang 
2) Kesalahan Ejaan 
Kesalahan ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan dalam menggunakan tanda baca. 
Contoh: 
    Tuhan Yang Mahakuasa ditulis  Tuhan Yang Maha Kuasa 
    Mengetengahkan ditulis mengketengahkan 
    Mempertanggungjawabkan ditulis mempertanggung jawabkan.
2.2.2  Kesalahan Morfologi 
Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Tentu saja kesalahan berbahasa dalam bahasa tulis ini berkaitan juga dengan bahasa lisan apalagi bila kesalahan berbahasa dalam penulisan morfologi itu dibacakan. Kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi disebabkan oleh berbagai hal. Kesalahan berbahasa bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk.
1)      Kesalahan Berbahasa pada Afiksasi 
Kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut: 
a) Pertama, kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal. Misalnya bentuk gramatik himbau, lola, lanjur, lunjur dianggap sebagai bentuk asal. Padahal bentuk asal yang benar adalah imbau, kelola, anjur, unjur. 
b)   Kedua, fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan. Misalnya fonem /t/ dalam kata terjemah dan tumisseharusnya luluh apabila kedua kata itu bergabung dengan morfem meN-. Dalam kenyataannya penggunaan bahasa kedua fonem itu tidak diluluhkan sehingga terbentuk kata kompleks menterjemahkan dan mentumis. Hasil pengafiksasian seharusnya menerjemahkan dan menumis. 
c)   Ketiga, fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru diluluhkan. Misalnya Fonem /f/ dalam kata fitnah, seharusnya menjadi memfitnah bukan memitnah. 
d)  Keempat, penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n-, ny-, ng-, dan nge-. Dalam penggunaan bahasa, mungkin karena pengaruh bahasa daerah, morfem men-, meny-, meng-, dan menge- disingkat menjadi n-, ny-, ng-, dan nge- dalam pembentukan kata kerja. Hal ini tentu menimbulkan kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi.
Contoh:
    Men- + tatap menjadi natap, seharusnya menatap.
    Meny- + sapu menjadi nyapu, seharusnya menyapu.
    Meng- + ajar menjadi ngajar, seharusnya mengajar.
    Meng- + bor menjadi ngebor, seharusnya mengebor.
2)  Kesalahan Berbahasa pada Reduplikasi
Kesalahan ini disebabkan oleh hal-hal berikut: 
a)  Pertama, kesalahan berbahasa disebabkan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang. Misalnya bentuk gramatik mengemasi diulang menjadi mengemas-kemasi yang seharusnya mengemas-ngemasi.
b)   Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang diulang seluruhnya hanya sebahagian yang diulangi. Misalnya bentuk gramatik kaki tangan diulang menjadi kaki-kaki tangan yang seharusnya diulang seluruhnya, yakni kaki tangan-kaki tangan.
c)   Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari perulangan yang terlalu panjang. Misalnya bentuk gramatik orang tua bijaksana diulang hanya sebahagian yakni, orang-orang tua bijaksana. Seharusnya perulangannya penuh, yakni orang tua bijaksana-orang tua bijaksana.
3) Kesalahan Berbahasa pada Gabungan Kata atau Kata Majemuk
Kesalahan berbahasa terjadi dalam penggabungan sebagai berikut:
a)   Pertama, gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai. Kata majemuk yang ditulis serangkai ini dapat dikenali dengan salah satu unsurnya. Unsur-unsur seperti anti, antar, ekstra, infra, inter, baku, supra dan lain-lain, merupakan tanda bahwa paduan kata dengan kata tersebut di atas adalah kata majemuk yang ditulis serangkai. Misalnya antikarat, antaruniversitas, ekstrakulikuler, infrastruktur, internasional, bakuhantam, suprasegmental, dan sebagainya.
b)   Kedua, kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang seharusnya ditulis terpisah, sebaliknya ditulis bersatu. Misalnya kata majemuk yang ditulis bersatu ini rumahsakit, tatabahasa, dan matapelajaran seharusnya ditulis terpisah seperti berikut rumah sakit, tata bahasa, dan mata pelajaran.
c)   Ketiga, kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang sudah berpadu jika diulang, maka seluruhnya harus diulang. Ternyata dalam penggunaan bahasa hanya sebahagian yang diulang. Misalnya, segi-segitiga, mata-matahari, dan bumi-bumi putra dituliskan secara lengkap menjadi segitiga-segitiga, matahari-matahari, dan bumi putra-bumi putra.
d)   Keempat, kesalahan berbahasa terjadi karena proses prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan penulisan kata majemuk yang belum padu. Misalnya proses afiksasi ber- pada kata majemuk bertanggungjawab seharusnya ditulis bertanggung jawab.
2.2.3  Kesalahan Sintaksis 
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat. Analisis kesalahan dalam bidang sintaksis ini menyangkut urutan kata, kepaduan susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat.
1) Kesalahan pada Bidang Frase
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut:
a) Pengunaan kata depan tidak tepat.
Contoh:
    di masa itu seharusnya - pada masa itu
    di waktu itu - pada waktu itu
b) Penyusunan frasa yang salah struktur.
Contoh: 
    belajar sudah seharusnya - sudah belajar 
    habis sudah - sudah habis
c) Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)
Contoh:
    guru yang profesional seharusnya - guru profesional
    anak yang saleh seharusnya - anak saleh
d) Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)
Contoh:
    gadis dari Bali seharusnya - gadis Bali
    cerita tentang anak jalanan - cerita anak jalanan
e) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)
Contoh: buku kepunyaan Ani seharusnya menjadi buku Ani.
2) Kesalahan bidang klausa
Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa terjadi adanya penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif. Contoh: Rakyat mencintai akan pemimpin yang jujur. Seharusnya kalimat tersebut menjadi rakyat mencintai pemimpin yang jujur. 
3) Kesalahan bidang Kalimat 
Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut:
a) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tanpa disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti Amin pergi ke rumahnya Rudi. Kalimat tersebut terpengaruh struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi: Amin pergi ke rumah Rudi.
b)  Penggunaan kalimat yang tidak logis. Contoh: Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin bukumempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD. Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadiDalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar. Atau Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan diSekolah Dasar.
c)   Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing. Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia. Contoh:Rumah di mana dia bermalam, dekat dari pasar. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi rumah tempat dia bermalam, dekat dari pasar.
2.2.4  Kesalahan Leksikon
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:902), leksikon adalah kosakata. Dengan demikian, kesalahan leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa kata, pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Tarigan mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik adalah seperti berikut: 
1) Adanya Penerapan Gejala Hiperkorek
Gejala hiperkorek adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan lagi dan akhirnya menjadi salah. Misalnya, Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’sarat ‘penuh’.
Contoh dalam kalimat: 
    Kita harus mengikuti syarat itu.
    Perahu itu sarat muatan.
2) Gejala Pleonasme 
Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan.
Contoh: 
    Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya Lukisanmu sangat indah atau indah sekali. 
    Dia bekerja demi untuk keluarganya. Seharusnya: Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.











BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan pengajaran bahasa.
Berdasarkan komponen bahasa, kesalahan berbahasa dikomponenkan menjadi kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal.
1) Kesalahan yang terjadi pada tataran fonologi karena adanya perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat. Di samping itu kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
2) Kesalahan berbahasa pada tataran morfologi dapat dikelompokkan menjadi kesalahan berbahasa pada afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk. 
3) Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frase, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata, kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat. 
4) Kesalahan pada tataran leksikon dapat diartikan sebagai kesalahan dalam kosa kata, pemakaian kata yang tidak atau kurang tepat. Istilah leksikon ini lazim digunakan dalam bidang semantik. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna.

1 komentar: